Rabu, 07 Agustus 2013


Ini cuplikan pagiku beberapa kali pagi yang lampau. 100 meter dari rumah, tepat samping kanan jalan. Entah karena kualitas kamera yang rendah atau bisa jadi kualitasku sebagai fotografer amatiran, yang pasti, inilah ilalang yang tertangkap blitz kamera.



Aku datang menempel senyum, di bibirku.
Berharap aku beruntung, menangkap keindahanmu.
Ada beberapa mata dengan alis bermakna heran.
Bertemu tubuhku yang ramai menggugurkan embun.
Aku hanya mau beruntung, menangkap keindahanmu.
Sepagi ini, aku membawa kamera.
Jeprat-jepret, jelek-delete, bagus-save, low bat-tit tit tiiit- padam.
Hah… imperata cylindrica, itu mata mata yang melihat ke arah kita bukan seperti aku takjub padamu, hanya heran dan mungkin sedikit bahagia, melihat aku yang melihat padamu dengan senyum dan kamera di tangan, sepertinya mjd bahan yang asyik untuk membuka obrolan pagi bersama segelas kopi tubruk di rumah mereka masing-masing.

ilalang pinggir jalan


Suatu sore, 25 Ramadhan 1434 Hijriah. Melintas dengan matic merahku di jalan sekitaran Jurang Jaler, Praya.
Tak sengaja menoleh ke kanan jalan. Ssshhhh
Love at the first sight.. aku jatuh cinta, pada pandangan pertama.
Ia melambai, warnanya angkuh. Turn right, stop. Aku turun, mencabutnya beserta akar-akarnya yang berkubang di tanah kering. Lantas kubawa pulang. Aku bahagia. he



Ilalang 2 tahun silam


Ini ilalangku 2 tahun silam. Dari hijau ke cokelat. Dari pot berair ke pot mongering. Dari sebuah sudut tanah lapang kota mataram beralih ke sudut kamar kost lantas ke sudut kamar di rumahku. Hingga kini, ia tetap disitu. Apapun, kapanpun, bagaimanapun dimanapun tetap saja ia Cuma ilalang. Perubahan warna, kondisi dan posisi tak lebih hanya akal-akalanku untuk membuatnya tetap bersama denganku.